Meganthropuspaleojavanicus adalah salah satu jenis fosil manusia purba tertua yang pernah ditemukan dalam sejarah bangsa Indonesia, tepatnya di Sangiran, Sragen, Jawa Tengah. Sebutan Meganthropus paleojavanicus berarti "Manusia Besar dari Jawa. orangyang dituduh bersalah dalam sidang pengadilan disebut? Jawaban Terdakwa adalah seseorang yang diduga telah melakukan suatu tindak pidana dan ada cukup alasan untuk dilakukan pemeriksaan di muka sidang pengadilan. Penuntutanpidana adalah istilah hukum yang mengacu pada menundukkan seseorang ke pengadilan yang adil. Artinya, ketika seseorang didakwa melakukan suatu tindak pidana, maka penuntutan pidana adalah perbuatan hukum yang mengharuskannya untuk menyerahkan diri ke pengadilan. EpisodeOrang-orang yang diduga sebagai agen tersebut dituduh mengancam, mengawasi dan mengintimidasi satu orang yang disebutkan dalam dokumen pengadilan sebagai John Doe-1, seorang penduduk New PengertianTerdakwa Menurut J.C.T. Simorangkir adalah seseorang yang diduga melakukan suatu tindak pidana dan ada cukup alasan untuk dilakukan pemeriksaan di muka persidangan. Menurut KUHAP, Pengertian Terdakwa ialah seorang tersangka yang diperiksa, dituntut dan diadili dalam sidang pengadilan. EviPraditaOrang yg dituduh bersalah dalam sidang pengadilan di sebut terdakwa Maaf kalau salah ya Sedang mencari solusi jawaban PPKn beserta langkah-langkahnya? Pilih kelas untuk menemukan buku sekolah Kelas 5 Kelas 6 Kelas 7 Kelas 8 Kelas 9 Kelas 10 Kelas 11 Kelas 12 Iklan Jawaban 3.2 /5 18 siini yang dituduh dalam persidangan Terdakwa Iklan FbzjKbc. Apabila terjadi sesuatu kes atau jenayah, kes tersebut biasanya akan dihadapkan ke pengadilan untuk mahkamah. Rata-rata kedua-kedua plaintif iaitu pihak nan menuntut dan defendan atau tertuduh, iaitu pihak nan bertanggungjawab terhadap tuntutan plaintif perlu hadir bakal mengemukakan hujah mereka di hadapan penengah. Cak bagi tujuan ini, pihak pengadilan akan membenarkan kedua-dua plaintif ataupun defendan buat melantik koteng peguam lakukan berhujah bagi pihak mereka. Seorang plaintif atau defendan juga bisa mengidas buat tidak menggunakan khidmat peguam dan berhujah bagi pihak mereka sendiri. BESARKAN TEKS A- A+ Siapa sesetengah publik akan mempertikaikan peguam yang mengambil keputusan untuk berada di pihak defendan bikin mempertahankan mereka. Ada juga pihak yang mendakwa peguam sebegini hanya mahukan duit semata-mata sehingga sanggup mempertahankan si tertuduh. Adakah tuduhan ini berasas? Pihak iluminasi telah berbahagia kebenaran En. Hijaupadi bakal mengulangsiar penjelasan beliau di akaun Facebooknya mudah-mudahan kita kian faham akan tuduhan dan persoalan ini. 1 Demen atau bukan, sindikat-kawan peguam sedarun karuan pernah alami kejadian dimana masyarakat mahupun mak ayah kita koteng bertanyakan satu persoalan yang tinggal langka dan menjemput mangut untuk di jawab; iaitu Bolehkah kita peguam bela orang “salah”? 2 Persoalan begini harus dijawab dengan bijak dan tenang, bukan beremosi. Segala yang penting, fahami betul-betul keseluruhan konsep keadilan khususnya dari kaca mata Islam. Mahajana pastinya akan berfikiran lebih terbuka sekiranya kita dapat mengartikan mereka pun konsep kesamarataan dan hak undang-undang seorang sosok nan merdeka. 3 Menjadi fitrah kita sebagai manusia bilamana terjadinya sesuatu kes jenayah, kita akan membentuk suatu pendapat opinion berkaitan perilaku dan pegiat jenayah tersebut. “Dia bersalah!”. “Ishh kecik-kecik lagi dah bakaq orang!!”. Pendapat kita itu hanyalah bersandarkan kepada sumber Surat kabar Metro, Kosmo, Utusan, Malaysiakini, Siakapkeli etc. Jauh sekali kita senyatanya dari kebenaran. Pendapat opinion kita mungkin pelecok dan lain relevan disebabkan kita semata-mata mendengar sebelah pihak semata-mata. 4 Harus diingat bahawa wujud perbezaan yang sangat ketara diantara “opinion” dan juga “knowledge”. Keadaan akan berbeza sekiranya kita memang n kepunyaan “knowledge” kerana kita berada di lokasi keadaan melihat, mendengar dan mengingati setiap dim dan momen berlakunya jenayah tersebut. 5 Sekiranya kita tiada di tempat hal dan tak menyaksikan jenayah berlaku, maka tak selamat bakal kita simpulkan bahawa seseorang itu bersalah walaupun ia sudah menanggung dihadapan kita bahawa dia telah melakukan jenayah tersebut. 6 Ini kerana persaksian seseorang itu semata-mata dapat disabitkan kesalahannya kalau pengakuan tersebut dibuat didalam Mahkamah. Ini kerana namun Mahkamah sahajalah panggung yang diiktiraf baik dari segi perundangan Sivil ataupun Islam untuk menerima dan mensabitkan persaksian bersalah seseorang itu. Syahadat jenayah kalau dibuat di hadapan Kaabah, ataupun bersumpah junjung AlQuran intern masjid pun tiada efek dan sabitan. Apatah pun kalau syahadat itu dibuat didalam majikan Peguam ataupun dikedai Mamak. 7 Tak tugas peguam untuk menentukan salah moralistis seseorang. Tugas peguam merupakan cak bagi memasrahkan nasihat perundangan, enggak memberikan hukuman. Sebab itulah Juri diperlukan untuk menilai keterangan dan bebanan bukti serta pengakuan berusul kedua-dua belah pihak didalam perbicaraan yang objektif. 8 Undang-undang Jenayah Sivil alias Jenayah Shariah, beban pemeriksaan ulang memang terletak diatas bahu khalayak yang menuduh. Sosok yang mencacat/mendakwa mestilah membawa bukti dan keterangan kerjakan mensabitkan seseorang nan dituduh. Ini setinggi dengan Hadith Nabi SAW “Al-Bayyinah a’la al-Mudda’I, wal yamin a’la man Ankara”. Orang yang mendakwa perlu kemukakan bukti, siaran dan sokongan untuk menyokong tuduhannya. Dan bagi tertuduh kembali cak bagi menafikan tuduhan tersebut. 9 Kewajiban pengecekan ini waktu ini mutakadim diabadikan secara statutory di dalam tatacara perundangan jenayah di Malaysia kini ini. Menjadi tugas Pendakwaraya untuk membuktikan tuduhan ke atas Tertuduh. Dan bebanan pembuktian tersebut mestilah melebihi keraguan nan munasabah. 10 Kecurigaan!! Inilah tugas Peguam! Tugas peguam enggak cak bagi memutar belit didalam Mahkamah, tetapi hanyalah untuk menimbulkan keraguan kepada kes pendakwaan. Dan syak wasangka yang ditimbulkan itu mestilah keraguan yang munasabah! Keraguan dari segi elemen pertuduhan jenayah atau kepada prosedur pengendalian kes jenayah tersebut! 11 Menjadi tanggungjawab dan permasalahan akhirat lakukan semua kita yang terlibat didalam perbicaraan jenayah lakukan sentiasa berpengharapan dan faham bahawa “Seseorang itu tidak bersalah sehinggalah dibuktikan bersalah!”. 12 Iktibar berpunca kisah Rasul Yusuf AS harus kita teladani. Bagaimana Zulaikha mengkritik Yusuf, namun Yusuf menimbulkan keraguan terhadap tuduhan Zulaikha. Rok koyak dibahagian belakang, bukannya di depan. Ini semua adalah cara Islam mendidik kita memperhalusi kaedah pembuktian dan keraguan di dalam sesuatu jenayah, Dan bukannya Allah tak tahu Nabi Yusuf lain bersalah, namun perjalanan kehidupan Baginda sampai ke sengkeran juga. Allah lebih sempat apa yang terbaik buat hambanya. 13 Kesimpulannya, jangan galabah gulana cak bagi membela hak perundangan seseorang yang belum dibuktikan bersalah di Pengadilan. Yakinlah, Allah makin senggang akan segalanya. Kita membela bukan kerana kita memihak kepada penjenayah, sekadar kite membela untuk menyerahkan perbicaraan yang bebas kerjakan semua. Jika hak pleidoi tertuduh dinafikan, maka Ilmu dan tanggungjawab kita kembali akan dipersoalkan di Akhirat besok. BerandaKlinikPidanaHak-hak Tersangka, T...PidanaHak-hak Tersangka, T...PidanaSelasa, 15 November 2022Mohon penjelasannya tentang perbedaan tersangka dan terpidana. Kemudian, bagaimana perbedaan hak tersangka dan terpidana ini?Tersangka adalah seorang yang karena perbuatannya atau keadaannya, berdasarkan bukti permulaan patut diduga sebagai pelaku tindak pidana, yakni minimal 2 alat bukti yang termuat dalam Pasal 184 KUHAP. Kemudian, terdakwa adalah seorang tersangka yang dituntut, diperiksa dan diadili di sidang pengadilan. Adapun terpidana adalah seorang yang dipidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. Secara hukum, apa saja hak-hak tersangka, terdakwa, dan terpidana? Penjelasan lebih lanjut dapat Anda baca ulasan di bawah ini. Artikel di bawah ini adalah pemutakhiran dari artikel dengan judul sama yang dipublikasikan pertama kali pada Kamis, 1 Juli informasi hukum yang ada di Klinik disiapkan semata – mata untuk tujuan pendidikan dan bersifat umum lihat Pernyataan Penyangkalan selengkapnya. Untuk mendapatkan nasihat hukum spesifik terhadap kasus Anda, konsultasikan langsung dengan Konsultan Mitra menjawab pertanyaan Anda mengenai perbedaan hak tersangka dan terpidana, kami sampaikan bahwa penting untuk memahami perbedaan istilah-istilahnya terlebih dahulu. Berikut definisi dan perbedaan antara tersangka, terdakwa, dan adalah seorang yang karena perbuatannya atau keadaannya, berdasarkan bukti permulaan patut diduga sebagai pelaku tindak pidana, yakni minimal 2 alat bukti yang termuat dalam Pasal 184 KUHAP.[1]Terdakwa adalah seorang tersangka yang dituntut, diperiksa dan diadili di sidang pengadilan.[2]Terpidana adalah seorang yang dipidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.[3]Baca juga Perbedaan Terlapor, Tersangka, Terdakwa dan TerpidanaHak-Hak Tersangka/Terdakwa Secara umum, tersangka dan terdakwa berhak atas sejumlah hal penjelasan mengenai hal yang disangkakan kepadanya. Untuk mempersiapkan pembelaan, tersangka berhak diberitahukan dengan jelas dalam bahasa yang dimengerti olehnya tentang apa yang disangkakan/didakwakan kepadanya.[4] Hal ini agar tersangka/terdakwa dapat mempersiapkan pembelaan yang dibutuhkan. Misalnya bagi tersangka, menentukan perlu/tidaknya mengusahakan bantuan hukum untuk pembelaan tersebut.[5]Memberikan keterangan secara bebas kepada penyidik atau hakim.[6]Mendapat juru bahasa.[7]Mendapat bantuan hukum dari seorang/lebih penasihat hukum dan memilih sendiri penasihat hukumnya.[8]Menuntut ganti kerugian dan rehabilitasi,[9] yaitu ganti kerugian apabila ditangkap, atau ditahan tanpa alasan yang berdasarkan undang-undang atau karena kekeliruan mengenai orangnya atau hukum yang diterapkan,[10] dan rehabilitasi apabila oleh pengadilan diputus bebas atau diputus lepas dari segala tuntutan hukum yang putusannya telah mempunyai kekuatan hukum tetap.[11]Tidak dibebani kewajiban pembuktian.[12]Selain hak-hak yang umum tersebut, secara khusus berdasarkan proses-proses dalam hukum acara pidana, tersangka/terdakwa juga memiliki hak dalam setiap proses hukumnya. Baik dalam proses penangkapan, penahanan, penggeledahan, hingga tingkat pengadilan. Dalam proses penangkapan tersangka dan terdakwa berhak untukTidak ditangkap secara penangkapan tidak dapat dilakukan dengan sewenang-wenang, tetapi ditujukan kepada mereka yang diduga keras melakukan tindak pidana berdasarkan bukti permulaan yang cukup.[13]Ditangkap oleh pihak yang berwenang melakukan hukum, yang berwenang melakukan penangkapan hanyalah petugas kepolisian, dengan memperlihatkan surat tugas dan memberikan surat perintah penangkapan yang mencantumkan identitas tersangka, alasan penangkapan, uraian singkat perkara kejahatan yang dipersangkakan, serta tempat ia diperiksa.[14]Meminta petugas memperlihatkan surat tugas dan memberikan surat perintah penangkapan, kecuali jika tertangkap tangan, maka penangkapan dilakukan tanpa surat perintah.[15]Orang yang ditangkap berhak meneliti isi surat perintahnya, seperti kebenaran identitas yang tercantum, alasan penangkapan, uraian singkat perkara kejahatan yang dipersangkakan, dan tempat orang yang ditangkap berhak menerima tembusan surat perintah penangkapan segera dan tidak lebih dari 7 hari setelah penangkapan dilakukan.[16]Segera diperiksa oleh penyidik dan selanjutnya dapat diajukan kepada penuntut umum.[17]Meminta dilepaskan setelah lewat batas maksimum penangkapan, yaitu satu hari.[18]Dalam proses penahanan tersangka atau terdakwa berhak untukMenerima surat perintah penahanan atau penetapan hakim yang mencantumkan identitas tersangka/terdakwa, alasan penahanan, uraian singkat perkara yang dipersangkakan/didakwakan, serta tempat ia ditahan.[19]Diberitahukan tentang penahanan atas dirinya kepada keluarga atau orang yang serumah dengan tersangka/terdakwa, atau orang lain yang dibutuhkan oleh tersangka/terdakwa untuk mendapat bantuan hukum atau jaminan bagi penangguhannya.[20] Dalam hal ini, keluarga orang yang ditahan berhak menerima tembusan surat perintah penahanan atau penahanan lanjutan atau penetapan hakim.[21]Menghubungi dan menerima kunjungan dari keluarga atau pihak lainnya guna mendapatkan jaminan bagi penangguhan penahanan atau usaha mendapatkan bantuan hukum.[22]Menghubungi penasihat hukum.[23]Menghubungi dan menerima kunjungan sanak keluarga dalam hal yang tidak berhubungan dengan perkara, untuk kepentingan pekerjaan atau kekeluargaan, baik secara langsung maupun melalui perantara penasihat hukumnya.[24]Menghubungi dan menerima kunjungan dari rohaniwan.[25]Menghubungi dan menerima kunjungan dokter pribadinya untuk kepentingan kesehatan baik yang ada hubungannya dengan proses perkara maupun tidak.[26]Mengirim dan menerima surat dari penasihat hukum dan sanak keluarga.[27]Meminta penangguhan penahanan dengan atau tanpa jaminan uang/atau orang, berdasarkan syarat yang ditentukan, seperti wajib lapor, tidak keluar rumah/kota.[28]Meminta ganti kerugian atas tenggang waktu penahanan atau perpanjangan penahanan yang tidak sah.[29]Dalam proses penggeledahan tersangka atau terdakwa berhak untukMendapatkan penggeledahan dilakukan sesuai hukum, di antaranyaDilakukan berdasarkan izin surat izin ketua pengadilan negeri,[30] kecuali dalam keadaan sangat perlu dan mendesak.[31]Dalam memasuki rumah penyidik harus disaksikan 2 orang saksi, jika tersangka/terdakwa menyetujuinya. Jika tersangka/penghuni menolak/tidak hadir, harus disaksikan kepala desa/ketua lingkungan dengan 2 saksi.[32]Pemilik/penghuni rumah memperoleh turunan berita acara penggeledahan dalam waktu 2 hari setelah penyidik memasuki atau menggeledah rumah.[33]Pada tingkat pengadilan tersangka atau terdakwa berhak atasSegera diajukan dan diadili perkaranya oleh pengadilan.[34]Untuk mempersiapkan pembelaan, terdakwa berhak diberitahukan dengan jelas dalam bahasa yang dimengerti olehnya tentang apa yang didakwakan kepadanya[35] Untuk itu, pengadilan menyediakan juru bahasa bagi terdakwa bekebangsaan asing atau yang tidak bisa menguasai bahasa Indonesia.[36]Diadili di sidang pengadilan yang terbuka untuk umum.[37]Memberikan keterangan secara bebas kepada hakim.[38]Mendapat bantuan hukum dari seorang/lebih penasihat hukum[39] dan memilh sendiri penasihat hukumnya.[40]Mengajukan banding terhadap putusan tingkat pertama, kecuali terhadap putusan bebas, lepas dari segala tuntutan hukum yang menyangkut kurang tepatnya penerapan hukum, dan putusan pengadilan dalam acara cepat.[41]Mengajukan kasasi.[42]Hak-Hak TerpidanaPada saat menjalani hukuman, seorang terpidana memperoleh hak-hak yang serupa seperti tersangka/terdakwa yang sedang dalam penahanan, sebagaimana telah diterangkan di itu, terpidana juga berhak untukMengajukan permintaan peninjauan kembali kepada Mahkamah Agung.[43]Menuntut ganti kerugian karena diadili tanpa alasan yang berdasarkan undang-undang atau karena kekeliruan mengenai orangnya atau hukum yang diterapkan.[44]Demikian jawaban kami seputar perbedaan hak tersangka, terdakwa, dan terpidana, semoga HukumUndang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Mahkamah Konstitusi Nomor 3/PUU-XI/2013;Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 21/PUU-XII/2014.[2] Pasal 1 angka 15 KUHAP[3] Pasal 1 angka 32 KUHAP[4] Pasal 51 KUHAP[5] Penjelasan Pasal 51 huruf a KUHAP[6] Pasal 52 KUHAP[7] Pasal 53 KUHAP[8] Pasal Pasal 54 dan 55 KUHAP[9] Pasal 68 KUHAP[10] Pasal 95 ayat 1 KUHAP[11] Pasal 95 ayat 7 KUHAP[12] Pasal 66 KUHAP[13] Pasal 17 KUHAP dan penjelasannya[14] Pasal 18 ayat 1 KUHAP[15] Pasal 18 ayat 1 dan 2 KUHAP[17] Pasal 50 ayat 1 KUHAP[18] Pasal 19 ayat 1 KUHAP[19] Pasal 21 ayat 2 KUHAP[20] Pasal 59 KUHAP[21] Pasal 21 ayat 2 dan 3 KUHAP[22] Pasal 60 KUHAP[23] Pasal 57 ayat 1 KUHAP[24] Pasal 61 KUHAP[25] Pasal 63 KUHAP[26] Pasal 58 KUHAP[27] Pasal 62 ayat 1 KUHAP[28] Pasal 31 ayat 1 KUHAP dan penjelasannya[29] Pasal 30 KUHAP[30] Pasal 33 ayat 1 KUHAP beserta penjelasannya[31] Pasal 34 ayat 1 KUHAP[32] Pasal 33 ayat 3 dan 4 KUHAP[33] Pasal 33 ayat 5 KUHAP[34] Pasal 50 ayat 2 dan 3 KUHAP[35] Pasal 51 huruf b KUHAP[36] Penjelasan Pasal 51 huruf b KUHAP[37] Pasal 64 KUHAP[38] Pasal 52 KUHAP[39] Pasal 54 KUHAP[40] Pasal 55 KUHAP[41] Pasal 67 KUHAP[42] Pasal 244 KUHAP[43] Pasal 263 ayat 1 KUHAP[44] Pasal 95 ayat 1 KUHAPTags BerandaKlinikProfesi HukumAlasan Hukum Mengapa...Profesi HukumAlasan Hukum Mengapa...Profesi HukumKamis, 21 Maret 2019Kenapa orang jadi tersangka/terdakwa dibela sama pengacara? Padahal kan dia sudah salah? Kenapa lagi dibela? Perlu dipahami bahwa dalam Hukum Acara Pidana dikenal Asas Praduga Tak Bersalah, yaitu setiap orang yang disangka, ditangkap, ditahan, dituntut, atau dihadapkan di depan pengadilan wajib dianggap tidak bersalah sebelum ada putusan pengadilan yang menyatakan kesalahannya dan telah memperoleh kekuatan hukum tetap. Maksud advokat membela tersangka/terdakwa yang telah nyata-nyata bersalah adalah bukan semata-mata agar klien dibebaskan dari semua tuntutan, tetapi advokat menjadi penasihat atau pendamping tersangka/terdakwa di muka pengadilan dan melindungi hak-hak yang dimiliki tersangka/terdakwa agar tidak dilanggar. Penjelasan lebih lanjut dapat Anda simak dalam ulasan di bawah ini. Hak Tersangka/Terdakwa Didampingi AdvokatTersangka adalah seorang yang karena perbuatannya atau keadaannya, berdasarkan bukti permulaan[1] patut diduga sebagai pelaku tindak pidana;[2]Terdakwa adalah seorang tersangka yang dituntut, diperiksa dan diadili di sidang pengadilan;[3]KUHAP pada dasarnya telah menjamin hak tersangka/terdakwa untuk didampingi penasihat hukum/advokat dalam setiap tingkat pemeriksaan. Hal ini antara lain telah diatur dalam beberapa pasal berikutPasal 54 KUHAPGuna kepentingan pembelaan, tersangka atau terdakwa berhak mendapat bantuan hukum dari seorang atau lebih penasihat hukum selama dalam waktu dan pada setiap tingkat pemeriksaan, menurut tata cara yang ditentukan dalam undang-undang 55 KUHAPUntuk mendapatkan penasihat hukum tersebut dalam Pasal 54, tersangka atau terdakwa berhak memilih sendiri penasihat 57 ayat 1 KUHAP yang berbunyiTersangka atau terdakwa yang dikenakan penahanan berhak menghubungi penasihat hukumnya sesuai dengan ketentuan undang-undang bagi tersangka/terdakwa yang melakukan tindak pidana yang diancam hukuman mati atau pidana penjara 15 tahun atau lebih, atau bagi tersangka/terdakwa yang diancam pidana penjara 5 tahun atau lebih tapi tidak mampu mempunyai penasihat hukum sendiri, maka pejabat yang bersangkutan wajib menunjuk penasihat hukum bagi mereka sebagaimana diatur dalam Pasal 114 jo. Pasal 56 ayat 1 KUHP yang selengkapnya berbunyiPasal 114 KUHAPDalam hal seorang disangka melakukan suatu tindak pidana sebelum dimulainya pemeriksaan oleh penyidik, penyidik wajib memberitahukan kepadanya tentang haknya untuk mendapatkan bantuan hukum atau bahwa ia dalam perkaranya itu wajib didampingi oleh penasihat hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 ayat 1 KUHAPDalam hal tersangka atau terdakwa disangka atau didakwa melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana mati atau ancaman pidana lima belas tahun atau lebih atau bagi mereka yang tidak mampu yang diancam dengan pidana lima tahun atau lebih yang tidak mempunyai penasihat hukum sendiri, pejabat yang bersangkutan pada semua tingkat pemeriksaan dalam proses peradilan wajib menunjuk penasihat hukum bagi pada dasarnya tersangka/terdakwa itu mempunyai hak untuk didampingi oleh penasihat hukum/advokat dalam setiap tingkat Advokat Membela Orang yang Bersalah?Advokat adalah orang yang berprofesi memberi jasa hukum, baik di dalam maupun di luar pengadilan yang memenuhi persyaratan berdasarkan UU Advokat.[4]Untuk menjalankan profesinya, advokat disumpah terlebih dahulu sesuai agamanya atau berjanji dengan sungguh-sungguh pada Pengadilan Tinggi[5] di domisili hukumnya.[6]Advokat bertugas memberikan jasa hukum, yaitu jasa yang diberikan advokat berupa memberikan konsultasi hukum, bantuan hukum, menjalankan kuasa, mewakili, mendampingi, membela, dan melakukan tindakan hukum lain untuk kepentingan hukum klien.[7]Sementara itu, klien adalah orang, badan hukum, atau lembaga lain yang menerima jasa hukum dari advokat yang menjadi tersangka/terdakwa.[8]Mengapa advokat membela orang yang bersalah? Ketika advokat membela klien yang bersalah berarti maksudnya klien telah melakukan tindak pidana, masyarakat harus memahami bahwa advokat tidak dapat diidentikkan dengan kliennya.[9]Misal, kliennya tersangka/terdakwa tindak pidana korupsi, maka gambaran masyarakat bahwa advokat tersebut juga advokat menolak membela klien? Advokat dalam menjalankan tugas profesinya dilarang membedakan perlakuan terhadap klien berdasarkan jenis kelamin, agama, politik, keturunan, ras, atau latar belakang sosial dan budaya.[10]Akan tetapi juga seorang advokat berhak untuk menolak pendampingan hukum kepada seorang klien dengan alasan tidak sesuai dengan keahliannya dan bertentangan dengan hati nuraninya, tetapi tidak dapat menolak dengan alasan karena perbedaan agama, kepercayaan, suku, keturunan, jenis kelamin, keyakinan politik dan kedudukan sosialnya.[11]Setiap orang yang disangka, ditangkap, ditahan, dituntut, atau dihadapkan di depan pengadilan wajib dianggap tidak bersalah sebelum ada putusan pengadilan yang menyatakan kesalahannya dan telah memperoleh kekuatan hukum meskipun masyarakat menganggap seseorang klien tersangka/terdakwa dari advokat bersalah, namun pada intinya yang menentukan seseorang bersalah atau tidak adalah hakim berdasarkan itu menurut Muhammad Nuh dalam bukunya Etika Profesi Hukum hal. 278-279 sebagaimana yang kami sarikan, ketika membela seorang klien yang telah nyata-nyata bersalah, maksud advokat bukan semata-mata agar klien dibebaskan dari semua tuntutan, tetapi advokat menjadi penasihat atau pendamping tersangka/terdakwa di muka pengadilan. Mendampingi maksudnya agar hak-hak yang dimiliki tersangka/terdakwa tidak dilanggar karena tidak jarang seorang tersangka/terdakwa diperlakukan semena-mena oleh oknum yang tidak bertanggung dapat dipahami bahwa advokat membela hak-hak kliennya dalam memberikan jasa hukum. Hal ini sejalan dengan bunyi Pasal 3 huruf c Kode Etik Advokat, yaituAdvokat dalam menjalankan profesinya adalah bebas dan mandiri serta tidak dipengaruhi oleh siapapun dan wajib memperjuangkan hak-hak asasi manusia dalam Negara Hukum menjawab pertanyaan Anda, dasarnya tersangka/terdakwa itu mempunyai hak untuk didampingi oleh penasihat hukum/advokat dalam setiap tingkat pemeriksaan. Maksud advokat membela tersangka/terdakwa adalah bukan semata-mata agar klien dibebaskan dari semua tuntutan, tetapi advokat menjadi penasihat atau pendamping tersangka/terdakwa di muka pengadilan dan melindungi hak-hak yang dimiliki tersangka/terdakwa tidak selengkapnya mengenai advokat silakan baca artikel berikut iniDemikian jawaban dari kami, semoga Nuh. 2011. Etika Profesi Hukum. Bandung Pustaka Setia.[1] Anotasi Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 21/PUU-XII/2014 Frasa “bukti permulaan”, “bukti permulaan yang cukup”, dan “bukti yang cukup” sebagaimana ditentukan dalam Pasal 1 angka 14, Pasal 17, dan Pasal 21 ayat 1 bertentangan dengan UUD 1945 dan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat sepanjang tidak dimaknai bahwa “bukti permulaan”, “bukti permulaan yang cukup”, dan “bukti yang cukup” adalah minimal dua alat bukti yang termuat dalam Pasal 184 KUHAP[2] Pasal 1 angka 14 KUHAP[3] Pasal 1 angka 15 KUHAP[4] Pasal 1 angka 1 UU Advokat[5] Anotasi Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 112/PUU-XII/2014 dan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 36/PUU-XII/2015 Menyatakan Pasal 4 ayat 1 sepanjang frasa “di sidang terbuka Pengadilan Tinggi” bertentangan dengan UUD 1945 dan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat sepanjang tidak dimaknai bahwa “Pengadilan Tinggi atas perintah Undang-Undang wajib mengambil sumpah bagi para Advokat sebelum menjalankan profesinya tanpa mengaitkan dengan keanggotaan Organisasi Advokat yang secara de facto ada, yaitu PERADI dan KAI”.[6] Pasal 4 ayat 1 UU Advokat jo Anotasi Putusan Mahkamah Konstitusi nomor 101/PUU-VII/2009 Menyatakan Pasal 4 ayat 1 bertentangan dengan UUD 1945 dan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat sepanjang frasa “di sidang terbuka Pengadilan Tinggi di wilayah domisili hukumnya” tidak dimaknai bahwa “Pengadilan Tinggi atas perintah Undang-Undang wajib mengambil sumpah bagi para Advokat sebelum menjalankan profesinya tanpa mengaitkan dengan keanggotaan Organisasi Advokat yang pada saat ini secara de facto ada, dalam jangka waktu 2 dua tahun sejak Amar Putusan ini diucapkan”.[7] Pasal 1 angka 2 UU Advokat[8] Pasal 1 angka 3 UU Advokat[9] Pasal 18 ayat 2 UU Advokat[10] Pasal 18 ayat 1 UU Advokat[11] Pasal 3 huruf a Kode Etik Dalam proses persidangan pidana, mungkin masih banyak orang yang belum terlalu mengetahui mengenai tahapan-tahapan persidangan yang dilaksanakan di Pengadilan. Untuk itu penulis akan membahas tentang alur proses dan tahapan persidangan perkara/sengketa pidana tersebut. Dasar hukum dari alur beracara pidana diatur dalam Undang-undang No. 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana “KUHAP”, dalam Undang-undang tersebut dijelaskan bagaimana pelaksanaan proses beracara pidana, mulai dari tahap Penyidikan di kepolisian hingga Putusan Hakim di Pengadilan. Secara singkat alur proses persidangan perkara pidana adalah sebagai berikut Surat Dakwaan oleh Penuntut Umum Menurut M. Yahya Harahap, Surat Dakwaan tersebut ialah surat atau akta yang memuat perumusan tindak pidana yang didakwakan kepada Terdakwa, yang disimpulkan dari hasil pemeriksaan Penyidikan, dihubungkan dengan rumusan Pasal tindak pidana yang dilanggar, dan didakwakan kepada Terdakwa, dan dakwaan tersebutlah yang menjadi dasar pemeriksaan Hakim di sidang Pengadilan. Nota Keberatan Eksepsi Atas Surat Dakwaan oleh Penasihat Hukum Terdakwa Atas Surat Dakwaan Penuntut Umum, Terdakwa diwakili oleh Penasihat Hukum/Pengacara/Advokatnya yang bekerja di Kantor Hukum, memiliki hak untuk mengajukan keberatan atau tangkisan terhadap Dakwaan tersebut, sebagaimana diatur dalam Pasal 156 ayat 1 KUHAP, yang dalam praktek peradilan biasa disebut dengan Eksepsi. Keberatan diajukan setelah Surat Dakwaan dibacakan oleh Penuntut Umum, dan keberatan tersebut diajukan secara tertulis sebelum sidang memeriksa materi perkara, apabila keberatan diajukan di luar kesempatan tersebut, maka tidak akan diperhatikan oleh Hakim. Menurut Pasal 156 ayat 1 KUHAP, Keberatan ada 3 tiga macam, diantaranya adalah sebagai berikut Keberatan bahwa Pengadilan tidak berwenang mengadili perkaranya; Keberatan bahwa Surat Dakwaan tidak dapat diterima; Keberatan bahwa Surat Dakwaan harus dibatalkan. Tanggapan Atas Nota Keberatan Eksepsi Penasehat Hukum Terdakwa oleh Penuntut Umum Setelah Eksepsi dibacakan oleh Penasihat Hukum, maka Majelis Hakim memberi kesempatan kepada Penuntut Umum untuk menggunakan haknya dan menanggapi keberatan yang diajukan oleh Penasihat Hukum. Dalam hal ini Penuntut Umum dapat mengambil salah satu di antara beberapa sikap berikut Menerima dan membenarkan keberatan penasihat hukum; Tidak menggunakan hak untuk menanggapi melainkan menyerahkan kepada Majelis hakim untuk memutuskan; Secara tegas menolak eksepsi dan akan mengajukan tanggapan secara tertulis dengan meminta waktu kepada majelis untuk menyusun tanggapannya tersebut yang akan dibacakan dalam sidang berikutnya; Secara tegas menolak dan mengajukan tanggapan beserta alasanalasannya. Pada dasarnya isi tanggapan atau penolakan Penuntut Umum terhadap Eksepsi Penasihat Hukum merupakan alasan-alasan dari penolakannya, yaitu berupa alasan yang membenarkan Surat Dakwaan. Alasan itu berupa sangkalan terhadap isi keberatan Penasihat Hukum beserta uraian mengenai alasan-alasannya. Sebagaimana telah diterangkan bahwa setiap Keberatan dalam Eksepsi harus disertai alasan-alasannya. Maka dalam tanggapan Penuntut Umum terhadap setiap Keberatan beserta uraian alasan-alasannya harus pula dibahas dengan argumentasi yuridis dengan menggunakan logika hukum. Penuntut Umum harus mampu memberikan argumentasi hukum untuk memperkuat dan membenarkan Surat Dakwaan yang telah disusunnya. Putusan Sela oleh Majelis Hakim Putusan sela merupakan putusan yang belum menyinggung mengenai pokok perkara yang terdapat didalam suatu Dakwaan. Dalam hal ini, berkaitan dengan suatu peristiwa apabila Terdakwa atau Penasihat Hukum mengajukan suatu Keberatan bahwa pengadilan tidak berwenang mengadili perkaranya atau Dakwaan tidak dapat diterima atau Surat Dakwaan harus dibatalkan. Dalam Hukum Acara Pidana perihal mengenai Putusan Sela ini dapat disimpulkan dari Pasal 156 KUHAP. Pembuktian oleh Penuntut Umum Untuk membuktikan apakah Terdakwa bersalah atau tidak dalam suatu perkara/kasus pidana, menurut Lilik Mulyadi, KUHAP di Indonesia menganut sitem Pembuktian secara negatif negatief wettelijke bewujs theorie. Di dalam sistem Pembuktian tersebut terdapat unsur dominan berupa sekurang-kurangnya 2 dua alat bukti, sedangkan unsur keyakinan Hakim hanya merupakan unsur pelengkap. Jadi, untuk menentukan apakah seseorang yang didakwakan tersebut bersalah atau tidak, haruslah kesalahannya dapat dibuktikan paling sedikit dengan 2 dua jenis alat bukti seperti yang tertuang di dalam Pasal 183 KUHAP, yang berbunyi “Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seorang kecuali apabila dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan terdakwalah yang bersalah melakukannya”. Alat bukti yang sah dalam Pasal 184 ayat 1 KUHAP, yaitu Keterangan Saksi; Keterangan Ahli; Surat; Petunjuk; dan Keterangan Terdakwa. Surat Tuntutan Pidana Requisitor oleh Penuntut Umum Surat Tuntutan atau disebut dengan Rekuisitor adalah surat yang dibuat secara tertulis dan dibacakan di dalam persidangan. Dasar hukumnya adalah Pasal 182 ayat 1 huruf c KUHAP. Surat Tuntutan memuat Pembuktian Surat Dakwaan berdasarkan alat-alat bukti yang terungkap di persidangan dan kesimpulan Penuntut Umum tentang kesalahan Terdakwa disertai dengan tuntutan pidana. Agar Surat Tuntutan tidak mudah untuk disanggah oleh Terdakwa atau Penasehat Hukumnya, maka Surat Tuntutan harus dibuat dengan lengkap dan benar. Berikut ini adalah hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membuat Surat Tuntutan Surat Tuntutan harus disusun secara sistematis; Harus menggunakan susunan tata bahasa Indonesia yang baik dan benar; Isi dan maksud dari Surat Tuntutan harus jelas dan mudah dimengerti; Apabila menggunakan teori hukum harus menyebut sumbernya. Nota Pembelaan Pledoi oleh Terdakwa dan/atau Penasehat Hukumnya Setelah Penuntut Umum selesai membacakan Surat Tuntutannya, maka selanjutnya diberikan hak kepada Terdakwa dan/atau Penasehat Hukumnya untuk mengajukan Pembelaan Pledoi, dasar hukumnya diatur dalam Pasal 182 KUHAP. Pembelaan Pledoi bertujuan untuk memperoleh Putusan Hakim yang membebaskan Terdakwa dari segala Dakwaan atau melepaskan Terdakwa dari segala tuntutan hukum ataupun setidak-tidaknya hukuman pidana seringan-ringannya. Dalam Pasal 182 KUHAP, dinyatakan Setelah pemeriksaan dinyatakan selesai, Penuntut Umum mengajukan tuntutan pidana; Selanjutnya Terdakwa dan/atau Penasehat Hukum, mengajukan pembelaannya yang dapat dijawab oleh Penuntut Umum, dengan ketentuan bahwa Terdakwa atau Penasehat Hukumnya selalu mendapat giliran terakhir; Tuntutan, Pembelaan dan Jawaban atas pembelaan dilakuan secara tertulis dan setelah dibacakan segera diserahkan kepada Hakim ketua sidang dan turunannya kepada pihak yang berkepentingan. Tanggapan Penuntut Umum Atas Nota Pembelaan Terdakwa dan/atau Penasehat Hukumnya dan Tanggapan Penasehat Hukum Terdakwa Atas Tanggapan Penuntut Umum Replik dan Duplik Istilah Replik dan Duplik sebenarnya adalah istilah dalam pemeriksaan perkara perdata. KUHAP sendiri tidak mengenal istilah Replik dan Duplik, namun KUHAP mengenal proses yang menyerupai Replik dan Duplik, sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 182 ayat 1 huruf b dan c, yang dikatakan sebagai proses jawaban atas Pembelaan Terdakwa, serta Jawaban atas Jawaban Pembelaan Terdakwa. Replik adalah Jawaban atas Pembelaan dari Terdakwa atau disebut juga dengan counterplea, yang diajukan oleh Penuntut Umum, sedangkan Duplik adalah Jawaban Kedua atau disebut juga dengan rejoinder, yang diajukan oleh Terdakwa dan/atau Penasehat Hukumnya. Putusan Akhir oleh Majelis Hakim Setelah pemeriksaan perkara dinyatakan selesai oleh Hakim, maka sampailah Hakim pada tugasnya, yaitu menjatuhkan Putusan, yang akan memberikan penyelesaian pada suatu perkara yang terjadi. Menurut KUHAP ada beberapa jenis putusan akhir yang dapat dijatuhkan oleh Hakim dalam suatu perkara, yaitu sebagai berikut Putusan Bebas Vrijspraak, adalah Putusan yang dijatuhkan oleh Hakim yang berupa pembebasan Terdakwa dari suatu tindak pidana yang dituduhkan terhadapnya, apabila dalam Dakwaan yang diajukan oleh Penuntut Umum terhadap Terdakwa di persidangan, ternyata setelah melalui proses pemeriksaan dalam persidangan, tidak ditemukannya adanya bukti-bukti yang cukup yang menyatakan bahwa Terdakwalah yang melakukan tindak pidana dimaksud, maka kepada Terdakwa haruslah dinyatakan secara sah dan meyakinkan tidak terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana sebagaiman dalam Dakwaan Penuntut Umum, sehingga oleh karena itu terhadap Terdakwa haruslah dinyatakan dibebaskan dari segala dakwaan Pasal 191 ayat 1 KUHAP. Putusan Pelepasan dari Segala Tuntutan Hukum Onslaag van Alle Recht Vervolging, dijatuhkan oleh Hakim apabila dalam persidangan ternyata Terdakwa terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah sebagaimana dalam Dakwaan Penuntut Umum, tetapi diketahui bahwa perbuatan tersebut bukan merupakan perbuatan pidana, dan oleh karena itu terhadap Terdakwa akan dinyatakan lepas dari segala tuntutan hukum Pasal 191 ayat 2 KUHAP. Putusan Pemidanaan, dalam hal Terdakwa telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Dakwaan Penuntut Umum, maka terhadap Terdakwa harus dijatuhi pidana yang setimpal dengan tindak pidana yang dilakukannya Pasal 193 ayat 1 KUHAP. Penutup Demikian alur proses persidangan pidana yang disimpulkan dari Undang-undang No. 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana. Sebagai kantor pengacara dan konsultan hukum, kami akan membantu anda sebagai kuasa hukum untuk mewakili dan memperjuangkan hak dan kepentingan anda baik secara non-litigasi maupun secara litigasi dimuka Pengadilan, untuk keterangan lebih lanjut anda dapat menghubungi kami melalui kontak yang tertera dalam website. Hallo Shady, kakak bantu jawab ya Jawabannya adalah terdakwa Terdakwa adalah seseorang yang diduga telah melakukan suatu tindak pidana dan ada cukup alasan untuk dilakukan pemeriksaan di muka sidang pengadilan. Adapun menurut Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana Pasal 1 terdakwa adalah seorang tersangka yang dituntut, diperiksa dan diadili di persidangan. Istilah terdakwa biasanya digunakan dalam peradilan. Seseorang dianggap sebagai terdakwa apabila berkas perkara penyelidikannya sudah diselesaikan oleh penyidik dan berkas perkara penyelidikannya dinyatakan lengkap oleh jaksa penuntut umum. Terdakwa merupakan status yang lebih tinggi dari tersangka. Setelah seseorang berstatus sebagai tersangka, apabila ditemukan bukti lebih lanjut mengenai dugaan terhadap tindak pidana, maka akan ditetapkan sebagai terdakwa. Kemudian berkas perkara penyelidikan yang telah lengkap menjadi bahan untuk memulai sidang di pengadilan. Jadi, orang yang dituduh bersalah dalam sidang pengadilan disebut terdakwa. Terima kasih sudah bertanya, semoga membantu

orang yang dituduh bersalah dalam sidang pengadilan disebut